Pada hari Rabu (8/12), IBI Kesatuan melalui Program Vokasi melaksanakan International Guest Lecturer Vocational Program dengan tema “The Impact of Digitalization and Fintech on Banking Future”, yang dimulai pada pukul 10.00 – 12.00 WIB via online melalui aplikasi ZOOM Meeting & Youtube.
Acara International Guest Lecturer ini diikuti 530 peserta dari organisasi profesi, akademisi, industri, asosiasi, mahasiswa/i IBI Kesatuan serta mahasiswa/i dari universitas di luar IBI Kesatuan, dan peserta lain dari berbagai latar belakang lainnya.
Selain itu, dalam International Guest Lecturer ini juga menghadirkan pembicara Naima Andleeb, Ph.D. selaku Dosen, rekan riset di ILMA University, Karachi – Pakistan, pembicara Dr. Aang Munawar, SE., MM., selaku Dosen IBI Kesatuan – Bogor, Indonesia, dan moderator Bambang Hengky R., SPi., MM., selaku Kepala Program Studi S1 Pariwisata IBI Kesatuan – Bogor, Indonesia. Acara dipandu oleh Rafa Nur Adilah, selaku mahasiswa aktif dari D3 Perbankan dan Keuangan dan juga Master of Ceremony.
Acara dimulai dengan sambutan dari Prof. Dr. H. Moermahadi Soerja Djanegara, SE., MM., Ak., CPA., CA., CSFA., ASEAN CPA. selaku Rektor IBI Kesatuan. Beliau menyampaikan bahwa berkembangnya teknologi informasi membuat industri perbankan harus siap berubah dan bertransformasi.
“Saat ini, teknologi informasi sudah memasuki era revolusi industri 4.0. Era digital semakin melekat dalam berubah gaya kehidupan masyarakat di indonesia khususnya industri keuangan seperti perbankan, asuransi, serta multi finance. Perubahan ini harus mampu direspon secara cepat, guna mempersiapkan lembaga jasa keuangan dalam menghadapi inovasi digital banking.” Ujarnya.
Dalam pemaparan materi yang disajikan oleh Dr. Aang Munawar, SE., MM., beliau berbicara tentang ekonomi digital saat ini di Indonesia juga tentang pergeseran kebiasaan akibat covid-19. Masyarakat Indonesia sudah menggunakan fasilitas berupa digital untuk memudahkan kehidupan sehari-hari, contohnya seperti Gojek sebagai sarana transportasi, Traveloka sebagai sarana liburan, Tokopedia sebagai sarana berbelanja, juga OVO sebagai sarana pembayaran.
“ekonomi digital indonesia pada tahun 2019 yang berjumlah $40Miliar atau Rp. 566.28 Triliun, pada tahun 2025 proyeksi menjadi $130 Miliar atau Rp. 1,8 Kuadriliun. E-commerce adalah sebagai sektor yang paling tahan banting dalam krisis pandemi selain media transportasi online, travel online, dan juga media lainnya.” Ujarnya.
Sedangkan dalam pemaparan materi yang disajikan oleh Naima Andleeb, Ph.D., beliau berbicara tentang dampak digitalisasi dan fintech terhadap masa depan perbankan. Perbankan digital merupakan bagian dari konteks perbatasan untuk pindah ke perbankan online di mana layanan disampaikan melalui internet. Beliau menyampaikan bahwa di masa depan, digital akan memungkinkan kita untuk selaras sempurna dengan dunia di sekitar kita.
“Perhatian utama yang akan menjadi masa depan pekerjaan di industri keuangan seperti perbankan yaitu seorang kandidat dengan keahlian yang berbeda akan dihibur untuk pekerjaan di pasar masa depan. Padahal, pembelajaran mata kuliah inti seperti ekonomi, atau keuangan perusahaan, sedangkan, untuk berhasil di masa depan keterampilan yang dibutuhkan adalah berpikir kreatif, pengkodean, desain, pengembangan produk harus menjadi bagian dari kurikulum.” Ujarnya.
Acara ditutup dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator. Pertanyaan datang dari berbagai kalangan terutama terkait dengan era digital yang dapat mempengaruhi sektor keuangan.
Recent Comments